
Belitung, siasatnusantara.com – Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDMKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan Flinders University Australia, UNESCO Jakarta, Pemkab Belitung, dan didukung tenaga ahli dari Kementerian Kebudayaan dan National Research Institute of Maritime Heritage (NRIMH) Korea, gelar Pelatihan Konservasi dan Pengelolaan Warisan Budaya Bawah Air di Belitung, 19-20 Februari 2025.
Giat ini bertujuan untuk tingkatkan kapasitas SDM dalam pelestarian warisan budaya bawah laut dan perkuat pngelolaan situs maritim bersejarah. Pelatihan ini juga bagian dari proyek Revisiting Salvaged and Looted Shipwreck Sites in Indonesia, yang bertujuan jaga situs arkeologi bawah laut Indonesia.
Dalam sambutannya, Kepala BPPSDM KP, I Nyoman Radiarta berharap para peserta dapat menjadi agen perubahan dalam konservasi warisan budaya bawah air, serta dapat menularkan ilmu yang diperoleh kepada masyarakat luas guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kekayaan bawah laut.
“Menjaga warisan budaya bawah air bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga masa depan. Jika kita kelola dengan baik, ini bisa menjadi aset eduwisata maritim yang mendukung kesejahteraan masyarakat,” -Nyoman
Pelatihan ini juga merupakan implementasi dari program “Integrated Initiative for Underwater Cultural Heritage Preservation, Marine Ecosystem Environment, and Coastal Community Development”, yang mendukung pelestarian ekosistem laut dan pengembangan komunitas pesisir.
Peserta pelatihan secara luring berasal dari berbagai latar belakang, termasuk staf Pemkab Belitung, staf museum daerah, perwakilan Desa Batu Itam, Kelompok Sadar Wisata, Penyuluh KP dan Badan Pengelola Belitong UNESCO Geopark. Mereka akan belajar teknik konservasi dan pengelolaan situs bawah air. Sementara itu, peserta pelatihan daring ini berasal dari berbagai instansi di luar Belitung seperti Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) IV Kepulauan Riau dan BPK Sumatera Barat, museum-museum dan dinas kebudayaan di Kepulauan Riau, Universitas Andalas, Direktur AKPP Wakatobi, serta anggota Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia.
Dengan pelatihan ini, diharapkan semakin banyak SDM yang terampil dalam mengelola warisan budaya maritim, sehingga dapat menjadi aset edukasi, pariwisata, dan pemberdayaan masyarakat.
(*/Red/Luise).